Part 3

Aku sangat takut untuk menghadapi penderitaan semacam itu lagi, jadi pada umur dua tahun, aku kabur dari rumah.
Aku takut keluargaku akan terpengaruh dengan hukumanku, sejak ini adalah kehidupan nyata. Itu dekat dengan waktu ratusan tahun, itu semua terasa sangat nyata.
Takut dengan kerumunan, aku terjebak pada diriku yang kesepian.
Aku masih muda ketika aku meninggalkan rumah, jadi aku hanya bisa bertahan dengan mengemis di pinggir jalan.
Pada waktu itu, aku bertemu seorang gadis kecil yang mengemis bersama denganku. Aku adalah penyendiri yang tertutup, sedangkan dia hidup dan ceria. Dia tetap menempel di sisi ku, mengatakan kalau itu lebih baik untuk memiliki teman di sekitar.
Aku tau kalau nasib buruk akan mengikuti kemanapun aku pergi, jadi aku tetap mencoba membuat jarak diriku darinya, untuk melarikan diri darinya; aku tidak ingin dia terluka karenaku.
Bagaimanapun, dia tetap berkata, "Meskipun kita adalah pengemis, kita tidak bisa melakukan tanpa teman"
Aku memberi taunya kalau aku ditakdirkan untuk membawa nasib buruk pada siapapun di sekitarku.
Lalu dia berkata, "jika aku adalah orang yang beruntung, aku tidak akan mengemis di luar sini. Aku sebenarnya juga tidak beruntung"
Dengan senyum lebar di wajahnya, dia menggapai padaku; cahaya matahari melewati awan di atas menerangi wajahnya, membuatku merasa hangat lagi.
Demikian kita berdua berakhir sebagai teman setelah semua. Kami melewati hari-hari kami lumayan senang.
Apa yang tidak kuharapkan adalah kaburku tidak menjauhkan keluargaku dari bencana sama sekali. Setiap satu dari mereka berakhir mati.
Aku menonton api besar membakar semua yang ada di mansion tersebut dengan linglung, tersembunyi di pojok yang jauh. Air mata mengalir menuruni pipiku.
Hari itu, aku segera meninggalkan dia, takut kalau dia akan tertangkap dalam percobaanku.
Bagaimanapun, aku bertemu pria itu lagi. Pria kejam dari kehidupanku sebelumnya, yang telah memotong-motong semua anggota badanku.
Seperti dia memiliki semacam dendam denganku, seperti dia membenciku sampai ekstrim, begitu banyak sehingga dia harus mendorongku ke dalam penderitaan dalam kedua hidupku.
Ketika aku melihatnya, dia memberi tahuku bahwa aku adalah nona kecil yang kabur dari mansion tersebut, dan bahwa dia memiliki dendam dalam tulang dengan keluarga ku.
Aku sangat takut, dan terisi dengan kebencian.
Tapi aku tidak bisa mengakhiri hidupku sendiri, itu melawan aturan.
Memikirkan kalau dia bisa dengan mudah mengambil hidupku, aku berlutut dan memintanya untuk membunuhku untuk mengakhiri percobaan ini lebih awal.
Bagaimanapun, dia berkata, "Aku terlah berjuang di pintu kematian untuk sangat lama, bagaimana bisa aku membiarkanmu mati hanya seperti itu? Sejak kamu adalah orang terakhir yang beruntung selamat, lalu kamu harus mencoba penderitaanku saat itu"
"Apa, apa yang ingin kamu lakukan?" Aku gemetar sedikit saat aku bicara.
Dia tersenyum manis, "Aku dengar kalau kamu selalu bersembunyi di tumpukan pengemis itu, dan ada seorang gadis di sana yang dekat denganmu. Kenapa kamu tidak melihat bagaimana dia menderita?"
Aku tertegun dan ketakutan. Aku terus-menerus memohon untuk pengampunan, untuk kematian, tapi dia masih menangkapnya dan membawanya.
Aku melihat bagaimana dia telah disiksa sampai pada titik dimana dagingnya dimutilasi, dan bagaimana wajah cantiknya ditutupi air mata. Ketika dia melihatku, gadis konyol itu masih berhasil menarik sebuah senyum dan bertanya, "Kenapa kamu di sini?"
Aku ingin memberitahunya kalau aku minta maaf, kalau aku telah menariknya turun dalam kekacauan ini, tapi dia terus bicara, "Aku pergi untuk mencuri dua roti baru saja dan aku tertangkap. Aku pasti telah membawamu dalam masalah juga, Aku minta maaf..."
Setelah berkata begitu, dia menarik dia roti; dia menggigit satu dan melempar yang lainnya ke sisiku.
Aku melihat bahwa dia bahkan belum selesai menelan gigitan itu sebelum dia berhenti bergerak.
Dalam sekejap, air mataku jatuh. Aku menyerang pada pria iblis itu, gerakan emosi.
Mungkin melihat bahwa aku akan sulit untuk dihadapi dengan rohku di sekitar, tusukan tunggal dari pedangnya tertancap melewati kepalaku.
________________________________________________
Huaaa...siapa yang taruh bawang di sini (T□T)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dimohon saran dan kritiknya!