Chapter 2. Sebuah Eksekusi (2)

Sambil menepuk bahunya untuk menyingkirkan salju yang menumpuk, Zhang Jin baru saja memasuki sel penjara ketika dia mendengar suara seorang pria di dalam.
'Saudara-saudara, siapa di antara kita yang memilikki keberanian untuk menikmati kesenangan beberapa jam dengan kecantikan ini?'
'Yang Mulia, ini- ini bukan ide bagus, ya kan?' terdengar suara gugup ragu-ragu.
Bagaimanapun, dia segera tersingkir oleh suara keras lainnya.
'Apa yang kau takutkan? Wanita ini akan dijatuhi hukuman mati besok! Kami akan memberinya obat bius setelah kami selesai dengannya. Sejak saat itu sampai kapak jatuh, dia tidak akan mampu membuat bahkan suara terkecil sekalipun.'
'Saudara Lu ada benarnya. Aku punya banyak wanita, tapi permaisuri kaisar? Bayangkan saja- bagaimana rasanya berada di ranjang dengan wanita seperti itu?'
Mendengar kata-kata ini, Zhang Jin tidak dapat menahan getaran kegelisahan yang menyebar melalui dirinya. "Kata-katamu setara dengan kejahatan besar dengan menipu Yang Mulia, Raja!" Pikiran Zhang Jin kacau. Hanya ketika kata-katanya jatuh dia menyadari kalau dia telah mengambil beberapa langkah cepat ke arah mereka.
Di bawah cahaya redup lampu minyak, wajah orang-orang di ruangan itu memantulkan cahaya aneh, ekspresi mereka aneh.
Di atas meja, beberapa cangkir terbalik, anggur tumpah dari mereka menuju genangan di lantai. Beberapa kacang kedelai tersebar di atas meja.
Seorang pria tampak tidak setuju dengan Zhang Jin. "Oh, saudara Zhang sudah kembali."
Pria ini Mou Quan, salah satu kepala penjara, dan orang yang mengusulkan usulan tadi. Adik perempuan Mou Quan telah menikah sebagai selir seorang akuntan di wilayah Pangeran Lingrui. Segera setelah itu, Mou Quan dipromosikan ke posisinya saat ini. Dengan statusnya yang tinggi, keberaniannya juga tumbuh.
Zhang Jin maju dengan cepat. Dia berkata. "Yang Mulia telah minum sedikit terlalu banyak dan membuat pernyataan yang tidak bijaksana. Adapun saran anda, tidak bisa diijinkan."
Mou Quan menyeringai, "Saudara Zhang pernah memegang jabatan di Kementerian Ritual. Bagaimana bisa kita yang kasar dan tidak murni dibandingkan dengan anda? Bagaimanapun, jika anda mengijinkan kami dalam satu masalah kecil ini, kami bisa membiarkanmu mendapatkan hasil pertama."
Mendengar kata-kata ini, beberapa sipir penjara tertawa terbahak-bahak.
"Dan... jika besok ada kejadian yang misterius, maka saya hanya bisa melapor pada atasan kami bahwa saudara Zhang terlalu banyak minum sampai-sampai mengambil kebebasan dengan permaisuri kaisar."
Zhang Jin tersenyum samar. Suhu udara sangat dingin, namun ia bisa merasakan keringat dingin yang menempel pada bajunya.
Tiba-tiba, suara samar dan tidak jelas bergerak di udara.
"Yang Mulia. Bisakah saya bertanya, siapa yang ingin pergi dahulu?"
Dari dalam sel penjara, sebuah suara lembut muncul. Meski tanpa bujukan, tak dapat disangkal bahwa itu adalah suara milik wanita yang pernah memimpin cinta setia kaisar.
Di malam tahun baru yang dingin dan pahit ini, suara lembut itu membuat perasaan hangat dan nyaman bagi mereka yang mendengarnya.
Puluhan sipir penjara bertukar pandang, keinginan mengaburkan pandangan mereka.
Dari jauh, sebuah cahaya melambai dan berkibar, menyebabkan beberapa keping salju menyelinap masuk. Selanjutnya, gorden sutra yang menutupi sel penjara terangkat lembut.
Zhang Jin mengepalkan jarinnya. Matanya menatap lurus, tak tergoyahkan.
Dia teringat bahwa gorden sutra tipis ini dianugerahkan oleh kepala petugas kekaisaran, Kasim Xu, ketika permaisuri Nian dibawa ke penjara untuk pertama kalinya.
Ketika gorden menutup, wanita itu tersembunyi lagi.
Mungkinkah fitur seseorang sebanding dengan kecantikan bunga sakura yang mekar pada bulan Maret? Sekarang, tidak ada yang akan tau.
Karena Zhang Jin adalah sipir penjara yang baru ditambahkan, beberapa pekerjaan aneh menjadi tanggung jawabnya.
Terkadang, dia (Xuanji) akan meminta air.
Zhang Jin akan memberikannya melalui jeruji sel padanya. Tangan yang kemudian keluar melalui sutra putih itu kecil dan ramping, kukunya  dipotong rapi dan tidak di cat.
Dalam tiga hari yang dihabiskannya di sel-sel itu, kesunyiannya (X)  mengingatkannya pada seseorang yang sudah mati, seolah-olah, jika seseorang menarik tirai sutra itu, mereka tidak akan menemukan siapapun di dalam.
Sampai sekarang.
Semua hal dipertimbangkan, bisa dibilang bahwa Nian Xuanji sudah membantunya melewati masa sulit. Namun, saat itu, Zhang Jin hanya ada satu hal dipikirannya: Wanita itu gila.
Tiba-tiba, kekuatan mendadak mendorongnya ke samping. Kaget, dia hanya bisa melihat saat Mou Quan bergegas menuju bagian depan sel penjara, mengacungkan kunci di jari-jarinya. Salah satu tangannya menyentuh gorden. Wajahnya berubah dengan nafsu dan keinginan.
Zhang Jin terdiam kaget. Saat dia memulihkan inderanya dan berusaha menghentikannya, sebuah suara bergema di belakangnya.
Langkahnya tersendat.
Dia menundukkan kepalanya, hanya untuk melihat kilatan pisau tajam menembus dan keluar dari dadanya. Aliran darah yang keluar terasa hangat, namun tusukan rasa sakit dari lukanya sedingin es.
Itu adalah jenis dingin mengerikan yang dialami seseorang sebelum kematiannya datang.
Perlahan, tubuhnya meluncur turun, namun ia menolak menerimanya. Sambil menarik nafas panjang, dia setengah berlutut di lantai, berjuang untuk melihat orang yang telah menganugerahkan kematian padanya. Saat itulah dia tau pada siapa dia harus membalas dendamnya sebagai hantu.
Suara benda berat yang beradu dengan lantai segera menariknya dari pikirannya.
Di tengah pengelihatannya yang kabur, dia melihat puluhan mayat jatuh ke lantai, nafas kehidupan telah meninggalkan pemiliknya bahkan sebelum mereka sempat protes.
Darah menodai dinding porselen, warnanya cerah di bawah cahaya redup.
Dia berpaling untuk melihat Mou Quan.
Mou Quan tetap membeku di posisinya, namun postur tubuhnya tampak tidak alami dan kaku. Zhang Jin mengerti saat melihat bahwa keempat anggota badan itu masing-masing dipaku oleh belati.
Terlepas dari pemandangan mengejutkan itu, tampak bahwa luka Mou Quan tidak dimaksudkan untuk berakibat fatal. Karena ia masih bisa memiringkan tubuhnya untuk menyaksikan pemandangan mengerikan yang terjadi di depan matanya.
Tiba-tiba, Zhang Jin mendengar suara langkah kaki, lirih dan anggun.
Berjuang, ia menguatkan tangannya di lantai untuk menopang dirinya sendiri. Merapatkan rahang, matanya menyipit ke arah langkah tersebut berasal.
Langkah yang tidak terburu-buru melewatinya. Ada empat atau lima orang. Dari posisinya dilantai, Zhang Jin bisa melihat sepatu bot rumit milik pemimpin itu, yang disulam dengan lima cakar naga, satinnya berwarna kuning cemerlang.
Tersentak, dia tiba-tiba teringat bahwa, bertahun-tahun sebelumnya, dia pernah mendapat keberuntungan untuk melihat sepatu bot yang sama.
Saat itu, dia telah berlutut sujud di lantai. Orang itu meninggalkan tahta dan berjalan ke sampingnya, dan, dengan ujung mulutnya terangjat membentuk senyum, dia berkata padanya, "Kamu punya tanda-tanda berbakat dalam sastra. Pengetahuanmu luas. Di masa depan, kamu pasti menjadi orang penting."
Tahun itu, dalam ujian kekaisaran, Zhang Jin menempati peringkat ketiga dan dikirim ke Akademi Kekaisaran Hanlin. Kemudian, dia diberi gelar Asisten Menteri dalam Kementerian Ritual, di mana dia bercita-cita meminta dukungan dan anugerah kaisar. Sayangnya, karena penghinaannya dan penolakannya yang keras kepala dalam memanjat tangga sosial dan memihak salah satu dari banyak faksi dalam istana kekaisaran, akhirnya jabatannya diturunkan menjadi sipir penjara setelah menyinggung pejabat yang berpengaruh.
Apa dia orangnya? Namun penjara adalah tempat yang kotor. Mengapa pria ini ada disini?
Kecuali, di dunia ini, ada orang lain yang berani memakai sepatu yang menampilkan bordir dan warna seperti itu?
"Pangeranku, tolong, biarkan aku hidup!"
Sebuah permintaan menyedihkan menariknya dari ingatannya yang kabur. Sambil menempel pada benang-benang kehidupan yang rapuh, suara serak dan aneh terdengar dari pemiliknya, yang merangkak mendekati beberapa orang yang berdiri di depan mereka.
"Kamu siapa? Apa aku mengenalmu?" Suara mengejek menjawab, ceroboh dan tidak peduli.
"Saya, hambamu yang rendah hati, Mou Quan. Adik perempuan saya adalah selir untuk akuntan di wilayah Anda. Pangeran, tolong, selamatkan hidupku, aku akan menyembahmu!"
Zhong Jin menggigil. Long Zijin, Pangeran Lingrui, juga ada di sini?
Seluruh wajah Mou Quan diliputi rasa sakit. Sambil berlutut di lantai, dia berkali-kali menyembah, suara dari kepalanya berpadu dengan dinginnya lantai penjara menggema di seluruh ruangan. Melihat kombinasi aneh dari kekejaman dan kerendahan hati itu, Zhang Jin tidak bisa menahan tawa pelan yang lolos  dari dirinya.
"Dan kau? Siapa kau?"
Suara itu milik orang lain. Suaranya datar, namun Zhang Jin diam.
Sambil menahan rasa sakit, ia berusaha mengangkat kepalanya. Dari cahaya lampu yang berkedip-kedip, ia melihat empat orang yang memasuki penjara.
Dia meringis pahit, dan, menopang dirinya dengan kedua tangannya, merangkak ke kelompok itu, sampai ia bersujud di depan sepasang sepatu bot itu. Lantai di bawahnya bernoda darah.
"Hamba rendah hati ini menyambut Yang Mulia. Hidup Yang Mulia!"
"Ah!" dalam keheningan sel penjara, seruan itu bergema. "Yang Mulia? Itu Yang Mulia, Raja?" Rahang Mou Quan terjatuh. Terserang teror, dia menatap tak berdaya pada sosok tinggi dan mengesankan di hadapannya.
"Tidakkah kau mengatakan bahwa kau ingin bercinta dengan permaisuri ku? Kenapa kau tidak buru-buru?" Kata Kaisar, suaranya membelai lembut.
Dalam sekejap, seolah-olah semua kehidupan tersedot keluar dari Mou Quan, wajahnya pucat pasi. Tiba-tiba bau busuk memenuhi ruangan. Zhang Jin melihat aliran urin yang mengalir jelas di antara kaki Mou Quan yang gemetar.
"Siapa namamu?" Tanya Kaisar dingin.
Kaisar tidak melihat salah satu dari mereka khususnya Zhang Jin tau dengan pasti siapa yang dimaksud.
Dengan enggan, dia menggunakan nada hormat, dan berkata, "Hamba rendah hati ini adalah Zhang Jin"
"Kau tampak seperti orang yang menarik", Kaisar tersenyum, dan, berpaling pada orang di sebelahnya, berkomentar, "Zijin, tampaknya kau sangat murah hati, Meskipun kau sudah menggunakan kekuatan dalam menorehkan pisau itu, kau belum melukai pembuluh jantungnya, Qingfeng, tidakkah kamu setuju?"
Seorang pemuda berbaju hijau berjalan maju dari belakang. Membungkuk, dia berkata, "Ya"
Khawatir, Long Zijin segera berlutut di lantai, dan berkata, "Adikmu tidak berani"
"Yang Mulia, mengapa Anda tidak membiarkan saya mengusir orang ini atas nama Pangeran Lingrui?" seorang lainnya, yang mengenakan baju hijau kebiruan dan telah menarik perhatian, berkata.
Kaisar setuju.
Zhang Jin memaksakan senyum pahit. Sekali, dia adalah seorang pejabat yang mulia; Sekarang, dia adalah seorang pelayan. Sedangkan Kaisar yang tetap berkuasa dalam otoritasnya tidak lagi mengingatnya. Zhang Jin tidak mengerti kenapa Pangeran Lingrui memilih untuk melepaskannya, dan bahkan sedikit lagi dia bisa mengerti keinginan Kaisar untuk membunuhnya.
Hanya, ketika Kaisar ingin membunuh seseorang, tidak ada alasan diperlukan.
Keringat dingin bercampur dengan darahnya, yang perlahan tergenang di lantai.
Dari sipir penjara di dalam sel, beberapa tetap berjuang dalam kesia-siaan, berjuang untuk bertahan hidup dengan nafas terakhir mereka. Yang lain tidak bernyawa, mata mereka tidak terlihat, tubuh mereka dingin.
Pria berpakaian hijau kebiruan berjalan maju, gerakannya cepat seperti angin.
Sejak lahir, Zhang Jin adalah orang yang keras kepala dengan kepribadian yang pantang menyerah. Bahkan dalam keputusasaannya, ia menolak untuk memohon belas kasihan. Satu-satunya yang dia lakukan adalah memiringkan kepalanya untuk balas menatap Pangeran Lingrui, diam-diam mengungkapkan rasa terima kasihnya.
Perlahan, dia memejamkan mata.
Di udara yang tenang, ada nafas yang samar, sangat lembut sehingga orang tidak yakin apakah nafas itu hanyalah imajinasi mereka.
Telapak tangan yang besar bergerak menutupi wajahnya.
Sebentar lagi, dia akan mati.
"Kasim Xu, tolong tunjukkan belas kasihan."
Saat gelombang pusing melonjak dalam dirinya, tekanan yang mengancam hidupnya tiba-tiba lenyap, seperti dihilangkan oleh kekuatan suara lembut yang dipancarkan dari balik gorden putih sel penjara.
"Ya, Yang Mulia."
Dia tidak mati! Dia benar-benar selamat! Setelah teror antara hidup dan mati, Zhang Jin bingung karena dia tidak mengatakan satupun kata-kata lega. Jantungnya berdetak liar, mencoba menenangkan dirinya dengan fakta kabur bahwa dia hidup.
Lalu dia mendengar tawa lepas kaisar, dan jantungnya berdegup kencang. Tubuhnya, yang lumpuh karena ketakutan, tanpa sadar mundur sedikit ke belakang. Setelah berurusan sekali dengan maut, dia tidak ingin merasakan perasaan itu lagi.
"Ah Li" Suara lembut seorang wanita sekali lagi bergema di udara.
Ah Li. Nama siapa yang dibisikkan oleh Permaisuri Nian?
Zhang Jin merasakan keringat dingin di sekujur tubuhnya, mendengar suara berdebar liar di jantungnya.
Pangeran Lingrui - Long Zijin; ketua kasim - Xu Xi; pemuda itu - Qingfeng.
"Ya" Suara seorang pria menyahut.
Memang. Di dalam empat dinding penjara ini, ada orang keempat yang namanya memilikki kata 'Li'. Hanya saja, tidak ada yang berani menyebut nama orang itu secara langsung.
Kaisar Qingjia - Long Fei-li.
########
Jangan lupa vote and comment ya!

<Previous chapter                          Beranda                             Next Chapter>


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dimohon saran dan kritiknya!