Di antara tumpukan jerami terbaring
sebuah figur, meringkuk erat. Dalam beberapa titik waktu, sepatu Xuanji jatuh;
kakinya, tidak tertutup di udara yang dingin, membeku seperti berjalan di atas
danau beku. Rasa sakit memukul hatinya, dan, menutupi mulutnya, dia batuk
keras, jejak merah tua mengalir turun lengkungan tangannya.
Itu adalah awal musim semi. Penjara
adalah tempat yang gelap dan suram, udara dingin membeku.
Xuanji hanya merasakan gelombang
pusing membungkus dirinya, kepalanya berdenyut dengan bakaran demam tinggi. Dia
tau kalau dia pasti terkena flu. Sembari ia berjuang untuk membungkus kain
tipis jubahnya lebih erat pada tubuhnya, tangan lemahnya bergetar dan jatuh ke
lantai. Sia-sia, dia mencoba untuk menggerakkan jarinya, tapi tidak bisa
menemukan kekuatan untuk melakukannya.
tiba-tiba, sebuah gerakan samar keluar
dari tumpukan jerami, hanya untuk mengungkapkan seekor tikus besar yang
tergesa-gesa, berhenti untuk mengamati pergelangan tangannya.
Sebuah senyum pahit menutupi wajahnya.
Dia bahkan tidak punya kekuatan untuk mengusir tikus itu.
Di penjara, ada banyak tikus besar.
Dia tau, karena dia melihat mata hitam, cantik mereka bersinar di kegelapan.
Mereka tidak takut manusia.
Perlahan, tikus itu mulai menggerogoti
daging lembut pergelangan tangannya.
Xuanji hanya tersenyum, mengatupkan
rahangnya untuk menahan rasa sakitnya, pengelihatannya mengabur.
Dalam kabut kegelapan, ia merasakan
seseorang memegang kedua kakinya dalam pelukan. Dia menutup erat matanya,
bahkan bau cendana yang berbeda menetap di udara.
"Cui-ya, Cui-ya," dia
bergumam dengan linglung, pikirannya perlahan kembali dan perlahan kehilangan
kesadaran.
Cui-ya adalah pelayan pribadinya.
selama hari-hari yang lama di masa lalu, kapanpun cuaca mendingin, tak peduli
berapa kali dia mengatakan jangan, gadis muda dengan sedikit kata itu sering
membantunya menghangatkan kakinya dengan cara ini.
Kecuali, bukankah Cui-ya sudah mati?
Air matanya, ketika mereka mengalir,
adalah sunyi. Meringkuk lebih dekat pada sumber kehangatan itu, dia tidak bisa
menahan tumpahan kata-katanya, kebingungan dan terputus, "Cui-ya, dia
(LF-l) adalah pria jahat mengantar keluargaku pada kematian; dia membunuh mereka;
dan hari ini, dia memukulku"
Putus asa, sebuah tekanan yang
mencekik, membanjirinya.
Kakinya, yang gatal akibat radang
dingin, saling bergesekan tanpa sadar.
Di udara dingin yang membeku, ada
nafas yang dihembuskan dengan lembut.
Dia tertelan dalam kehangatan pelukan
seseorang. Dengan lembut, pria itu meletakkan kedua kakinya (XJ) lututnya, memijat
mereka dengan hati-hati.
"Kenapa Kaisar ini membela
nyawaku?Jika aku mati, bukankah itu akan memenuhi harapannya?" Dia
menggigit bibirnya, memberhentikan dengan paksa kata-kata selanjutnya. Darah
membendung dari bibirnya yang sobek, berbaur dengan air mata yang jatuh.
"Ya, dia adalah orang jahat"
Tangan di lututnya menyingkir. Sebuah
telapak tangan lebar mendarat di punggungnya, membelainya dengan gestur yang
menenangkan.
Udara beku menyapu melalui sel
penjara. Butiran salju, masuk dari jendela jeruji, bertebaran di wajah yang
dipahat dengan indah.
Pria itu berkata. "Kamu selamat,
bukan karena Kaisar ingin menyelamatkanmu, tapi karena aku tidak tahan
membiarkanmu mati"
"Dia memukulku" kata Xuanji
dalam suara rendah, tawa putus asa keluar dari dirinya.
Jejak senyum melayang di bibir Long
Fei-li. Dibawah sinar bulan, matanya adalah kontradiktif yang terbakar oleh
kesedihan dan kasih.
(T/N: Kontradiktif dipakai karena
dalam ver inggris dipakai kata contradictory. Kalau ada yang tau arti yang lebih
tepat,tolong bantuannya!)
"Kalau aku tidak memukulmu,
tanganmu sudah hancur"
Ada keheningan panjang.
"Kaisar sebelumnya meninggalkan
latar belakang politik yang rumit. Para tuan feodal, dengan tentara pribadi
mereka, telah tumbuh ambisius. Di waktu yang sama, Permaisuri Janda dan
keluarga pelayannya telah menjadi agresif. Aku tidak bisa bersaing dengan
mereka saat ini. Satu-satunya jalan adalah membiarkan kedua faksi memaksa satu
sama lain, melindungi keseimbangan kekuatan mereka. Namu, pada saat cemas,
Permaisuri Janda bertekad dengan kematianmu"
Ada gemeresik dan tumpukan jerami.
Berbalik, Long Fei-li menatap pada pergelangan tangan Xuanji yang termutilasi,
yang terbaring di lantai. Alisnya menyatu, dan dia melambaikan tangannya.
Segera, tubuh beberapa tikus jatuh di tanah dengan suara berdebum pelan. tubuh
hitam bersinar mereka tertusuk jarum perak.
Dengan satu tangan mempererat pelukan
padanya(XJ), tangannya yang lain meraih untuk menarik rok sutranya,
mengungkapkan kilau jarum perak tertancap dalam di antara kulit pucat lututnya.
Sembari tangannya menyentuh jarum itu,
dia (XJ) meringkuk lebih dalam ke pelukannya, suara penderitaan lolos darinya.
"Itu sakit"
lipatan muncul di antara alisnya
(LF-l).
Di pavillun Lanxin, dia (LF-l) sengaja
melukai lututnya (XJ). Untuk memastikan kalau dia akan menumpahkan secangkir
teh, dia tidak berani mengambil kesempatan, memilih untuk menguatkan hatinya,
melepaskan jarum perak yang telah ditusukannya dengan tidak berperasaan.
"Diamlah, aku harus menyingkirkan
ini," dia bergumam menenangkan di telinganya.
Pikirannya, bingun, tidak dapat
memahami kata-katanya; tubuhnya, tanpa berpikir, hanya bisa menuruti insting
mereka dan meringkuk mendekat pada kehangatannya.
Dari antara jubahnya (LF-l). dia
mengeluarkan belati kecil, itu simpel dan polos.
Menundukkan kepalanya, dia menciumnya.
Tubuh mereka, familier dari banyak
malam yang dihabiskan bersama, penuh dengan keinginan. DIa (XJ) tidak bisa
menahan suara protes lembut yang lolos dari bibirnya ketika bibirnya (LF-l)
menyerangnya, lidah mereka terjerat, nafas mereka berbaur.
Tangannya (LF-l) menyapu lututnya
dengan gerakan lembut yang tidak berkarakter.
Tubuhnya (XJ)memanas; jarinya melengkung
di antara lehernya(LF-l).
pergelangan tangannya berengsek, dan
belati itu terhunus, berkilau tajam di bawah sinar bulan. Hati-hati, dia
menyokong belatinya melewati kulitnya (XJ), dan, dengan irisan cepat, mengeluarkan
jarum dari lututnya.
Sakit berawan di matanya; keringat
dingin menetes dari dahinya.
Dia tidak membuat suara,bibir masih
menekan dia (XJ),menyapu kata-kata kacaunya.
Jarum itu, dengan ujungnya masih
berkilau dengan darahnya, dikibaskan ke pojok, melumuri lantai dengan merah
tua.
Perlahan, dia (LF-l) memberi dia (XJ)
sebuah pil untuk melindungi jantungnya. Lalu, dari bawah jubah sutranya, dia
mengeluerkan sebuah vas porselen kecil dan sebuah kain sutra. Menaburkan bubuk
dari vas ke atas luka di lututnya (XJ),tangannya menarik kain, berhati-hati
memperban lukanya.
Hanya ketika semua ini selesai dia
merengkuhnya (XJ) kedalam lengannya sekali lagi, berhati-hati memeluknya,
puncak kepalanya menetap di persimpangan antara leher dan pundaknya.
Jarinya (LF-l) menyisir dahinya (XJ),
mengikuti lekukan wajahnya dan menetap di antara matanya, yang tertutup rapat.
Wajahnya (LF-l) adalah gambaran dari
gangguan, tingkahnya adalah gerakan tanpa sadar dan tidak hati-hati.
"Ah-li, Ah-li" suaranya
lemah dalam ingauannya.
Alisnya menyatu ketika ia menatapnya
(XJ), berpikir, mungkin, dia telah melukainnya, atau dia terbangun, hanya untuk
menyadari bahwa kata-kata kacau itu digumamkan dari kepakatan tidurnya.
namun tatapan singkat itu menyebabkan
perasaannya, yang telah dipaksa padam, untuk muncul.
Matanya (XJ), biasanya jernih dan
ekspresif, tertutup dalam beberapa saat. Alisnya, terbentuk indah, terangkat
bahkan dalam tidurnya. Bibirnya, merah pucat, telah tergigit hingga
berdarah-darah.
Efeksamping obat di tubuhnya telah
mengancam untuk bertingkah. Berapa waktu telah berlalu sejak pemberontakan yang
dipimpin oleh Menteri Nian, sejak kali terakhir ia menyentuhnya? Berapa sering
dia, dengan lembut, menyirami tubuh akrab yang berada di pelukannya saat ini
dengan cinta?
Tangannya, yang telah mengikuti
lekukan wajahnya, tiba-tiba terdiam, meluncur turun pada lekukan tubuhnya dan
berhenti di pergelangan tangannya, beristirahat di atas perban di roknya.
Sesaat waktu terhenti.
Pada akhirnya, dia hanya mengeratkan
genggamannya, jari-jari melengkung, dengan lembut menariknya ke pelukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dimohon saran dan kritiknya!