Chapter 7. Hati Seorang Kaisar (2)


Di antara tumpukan jerami terbaring sebuah figur, meringkuk erat. Dalam beberapa titik waktu, sepatu Xuanji jatuh; kakinya, tidak tertutup di udara yang dingin, membeku seperti berjalan di atas danau beku. Rasa sakit memukul hatinya, dan, menutupi mulutnya, dia batuk keras, jejak merah tua mengalir turun lengkungan tangannya.
Itu adalah awal musim semi. Penjara adalah tempat yang gelap dan suram, udara dingin membeku.
Xuanji hanya merasakan gelombang pusing membungkus dirinya, kepalanya berdenyut dengan bakaran demam tinggi. Dia tau kalau dia pasti terkena flu. Sembari ia berjuang untuk membungkus kain tipis jubahnya lebih erat pada tubuhnya, tangan lemahnya bergetar dan jatuh ke lantai. Sia-sia, dia mencoba untuk menggerakkan jarinya, tapi tidak bisa menemukan kekuatan untuk melakukannya.
tiba-tiba, sebuah gerakan samar keluar dari tumpukan jerami, hanya untuk mengungkapkan seekor tikus besar yang tergesa-gesa, berhenti untuk mengamati pergelangan tangannya.
Sebuah senyum pahit menutupi wajahnya. Dia bahkan tidak punya kekuatan untuk mengusir tikus itu.
Di penjara, ada banyak tikus besar. Dia tau, karena dia melihat mata hitam, cantik mereka bersinar di kegelapan.
Mereka tidak takut manusia.
Perlahan, tikus itu mulai menggerogoti daging lembut pergelangan tangannya.
Xuanji hanya tersenyum, mengatupkan rahangnya untuk menahan rasa sakitnya, pengelihatannya mengabur.
Dalam kabut kegelapan, ia merasakan seseorang memegang kedua kakinya dalam pelukan. Dia menutup erat matanya, bahkan bau cendana yang berbeda menetap di udara.
"Cui-ya, Cui-ya," dia bergumam dengan linglung, pikirannya perlahan kembali dan perlahan kehilangan kesadaran.
Cui-ya adalah pelayan pribadinya. selama hari-hari yang lama di masa lalu, kapanpun cuaca mendingin, tak peduli berapa kali dia mengatakan jangan, gadis muda dengan sedikit kata itu sering membantunya menghangatkan kakinya dengan cara ini.
Kecuali, bukankah Cui-ya sudah mati?
Air matanya, ketika mereka mengalir, adalah sunyi. Meringkuk lebih dekat pada sumber kehangatan itu, dia tidak bisa menahan tumpahan kata-katanya, kebingungan dan terputus, "Cui-ya, dia (LF-l) adalah pria jahat mengantar keluargaku pada kematian; dia membunuh mereka; dan hari ini, dia memukulku"
Putus asa, sebuah tekanan yang mencekik, membanjirinya.
Kakinya, yang gatal akibat radang dingin, saling bergesekan tanpa sadar.
Di udara dingin yang membeku, ada nafas yang dihembuskan dengan lembut.
Dia tertelan dalam kehangatan pelukan seseorang. Dengan lembut, pria itu meletakkan kedua kakinya (XJ) lututnya, memijat mereka dengan hati-hati.
"Kenapa Kaisar ini membela nyawaku?Jika aku mati, bukankah itu akan memenuhi harapannya?" Dia menggigit bibirnya, memberhentikan dengan paksa kata-kata selanjutnya. Darah membendung dari bibirnya yang sobek, berbaur dengan air mata yang jatuh.
"Ya, dia adalah orang jahat"
Tangan di lututnya menyingkir. Sebuah telapak tangan lebar mendarat di punggungnya, membelainya dengan gestur yang menenangkan.
Udara beku menyapu melalui sel penjara. Butiran salju, masuk dari jendela jeruji, bertebaran di wajah yang dipahat dengan indah.
Pria itu berkata. "Kamu selamat, bukan karena Kaisar ingin menyelamatkanmu, tapi karena aku tidak tahan membiarkanmu mati"
"Dia memukulku" kata Xuanji dalam suara rendah, tawa putus asa keluar dari dirinya.
Jejak senyum melayang di bibir Long Fei-li. Dibawah sinar bulan, matanya adalah kontradiktif yang terbakar oleh kesedihan dan kasih.
(T/N: Kontradiktif dipakai karena dalam ver inggris dipakai kata contradictory. Kalau ada yang tau arti yang lebih tepat,tolong bantuannya!)
"Kalau aku tidak memukulmu, tanganmu sudah hancur"
Ada keheningan panjang.
"Kaisar sebelumnya meninggalkan latar belakang politik yang rumit. Para tuan feodal, dengan tentara pribadi mereka, telah tumbuh ambisius. Di waktu yang sama, Permaisuri Janda dan keluarga pelayannya telah menjadi agresif. Aku tidak bisa bersaing dengan mereka saat ini. Satu-satunya jalan adalah membiarkan kedua faksi memaksa satu sama lain, melindungi keseimbangan kekuatan mereka. Namu, pada saat cemas, Permaisuri Janda bertekad dengan kematianmu"
Ada gemeresik dan tumpukan jerami. Berbalik, Long Fei-li menatap pada pergelangan tangan Xuanji yang termutilasi, yang terbaring di lantai. Alisnya menyatu, dan dia melambaikan tangannya. Segera, tubuh beberapa tikus jatuh di tanah dengan suara berdebum pelan. tubuh hitam bersinar mereka tertusuk jarum perak.
Dengan satu tangan mempererat pelukan padanya(XJ), tangannya yang lain meraih untuk menarik rok sutranya, mengungkapkan kilau jarum perak tertancap dalam di antara kulit pucat lututnya.
Sembari tangannya menyentuh jarum itu, dia (XJ) meringkuk lebih dalam ke pelukannya, suara penderitaan lolos darinya.
"Itu sakit"
lipatan muncul di antara alisnya (LF-l).
Di pavillun Lanxin, dia (LF-l) sengaja melukai lututnya (XJ). Untuk memastikan kalau dia akan menumpahkan secangkir teh, dia tidak berani mengambil kesempatan, memilih untuk menguatkan hatinya, melepaskan jarum perak yang telah ditusukannya dengan tidak berperasaan.
"Diamlah, aku harus menyingkirkan ini," dia bergumam menenangkan di telinganya.
Pikirannya, bingun, tidak dapat memahami kata-katanya; tubuhnya, tanpa berpikir, hanya bisa menuruti insting mereka dan meringkuk mendekat pada kehangatannya.
Dari antara jubahnya (LF-l). dia mengeluarkan belati kecil, itu simpel dan polos.
Menundukkan kepalanya, dia menciumnya.
Tubuh mereka, familier dari banyak malam yang dihabiskan bersama, penuh dengan keinginan. DIa (XJ) tidak bisa menahan suara protes lembut yang lolos dari bibirnya ketika bibirnya (LF-l) menyerangnya, lidah mereka terjerat, nafas mereka berbaur.
Tangannya (LF-l) menyapu lututnya dengan gerakan lembut yang tidak berkarakter.
Tubuhnya (XJ)memanas; jarinya melengkung di antara lehernya(LF-l).
pergelangan tangannya berengsek, dan belati itu terhunus, berkilau tajam di bawah sinar bulan. Hati-hati, dia menyokong belatinya melewati kulitnya (XJ), dan, dengan irisan cepat, mengeluarkan jarum dari lututnya.
Sakit berawan di matanya; keringat dingin menetes dari dahinya.
Dia tidak membuat suara,bibir masih menekan dia (XJ),menyapu kata-kata kacaunya.
Jarum itu, dengan ujungnya masih berkilau dengan darahnya, dikibaskan ke pojok, melumuri lantai dengan merah tua.
Perlahan, dia (LF-l) memberi dia (XJ) sebuah pil untuk melindungi jantungnya. Lalu, dari bawah jubah sutranya, dia mengeluerkan sebuah vas porselen kecil dan sebuah kain sutra. Menaburkan bubuk dari vas ke atas luka di lututnya (XJ),tangannya menarik kain, berhati-hati memperban lukanya.
Hanya ketika semua ini selesai dia merengkuhnya (XJ) kedalam lengannya sekali lagi, berhati-hati memeluknya, puncak kepalanya menetap di persimpangan antara leher dan pundaknya.
Jarinya (LF-l) menyisir dahinya (XJ), mengikuti lekukan wajahnya dan menetap di antara matanya, yang tertutup rapat.
Wajahnya (LF-l) adalah gambaran dari gangguan, tingkahnya adalah gerakan tanpa sadar dan tidak hati-hati.
"Ah-li, Ah-li" suaranya lemah dalam ingauannya.
Alisnya menyatu ketika ia menatapnya (XJ), berpikir, mungkin, dia telah melukainnya, atau dia terbangun, hanya untuk menyadari bahwa kata-kata kacau itu digumamkan dari kepakatan tidurnya.
namun tatapan singkat itu menyebabkan perasaannya, yang telah dipaksa padam, untuk muncul.
Matanya (XJ), biasanya jernih dan ekspresif, tertutup dalam beberapa saat. Alisnya, terbentuk indah, terangkat bahkan dalam tidurnya. Bibirnya, merah pucat, telah tergigit hingga berdarah-darah.
Efeksamping obat di tubuhnya telah mengancam untuk bertingkah. Berapa waktu telah berlalu sejak pemberontakan yang dipimpin oleh Menteri Nian, sejak kali terakhir ia menyentuhnya? Berapa sering dia, dengan lembut, menyirami tubuh akrab yang berada di pelukannya saat ini dengan cinta?
Tangannya, yang telah mengikuti lekukan wajahnya, tiba-tiba terdiam, meluncur turun pada lekukan tubuhnya dan berhenti di pergelangan tangannya, beristirahat di atas perban di roknya.
Sesaat waktu terhenti.
Pada akhirnya, dia hanya mengeratkan genggamannya, jari-jari melengkung, dengan lembut menariknya ke pelukannya.




<Previous page                                        Home                                     Next page> 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dimohon saran dan kritiknya!